Konsep keberlanjutan dan inklusivitas seringkali dianggap hanya dilibatkan untuk publisitas dalam industri mode. Namun, hal ini tidak berlaku bagi perancang busana Sean Loh dan Sheila Agatha. Melalui mereka, kamu akan mengerti mengapa kedua konsep tersebut lebih dari sekadar buzzword. Dengan menghubungkan kemewahan dan budaya tradisional Timur, duo yang berasal dari Asia Tenggara ini membentuk sebuah merek berkelanjutan dengan label mereka, Sean Sheila. Dalam seri Creative Spotlight dari EnVi, kami berbincang dengan Sean dan Sheila untuk mendiskusikan sejarah brand mereka, rencana masa depan mereka, dan bagaimana mereka “membebaskan diri dari kekangan tradisi.”

 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

A post shared by Sean Sheila (@sean_sheila)

Inspirasi dan DNA Sean Sheila

Duo perancang busana Sean Loh (Malaysia) dan Sheila Agatha (Indonesia) menemukan inspirasi di mana orang lain menemukan keputusasaan dan pergolakan. Dalam wawancara dengan Liviani Putri beberapa tahun lalu, mereka mengutip “wanita gangster Jepang serta konsep pembusukan dan tanaman membusuk” sebagai beberapa katalis dalam pekerjaan mereka. Kini, mereka terus menerus menarik dorongan kreatif dari dunia di lingkungan sekitar mereka, termasuk isu-isu global. “Kami biasanya mengambil inspirasi dari isu-isu sosial. Misalnya polusi, laut, anak terpinggirkan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan gender dalam koleksi kami sebelumnya. Secara pribadi, kami percaya bahwa inspirasi dan keindahan dapat ditemukan dalam kekacauan dan kesulitan,” ujar mereka secara eksklusif kepada EnVi. 

 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

A post shared by Sean Sheila (@sean_sheila)

Diberkati dengan kemampuan untuk menemukan keseimbangan yang sempurna di antara pengrajin tradisional dan siluet inovatif, keduanya berkuliah di Raffles Design Institute yang bergengsi di Singapura. Segera setelah lulus, mereka menerima penghargaan Harper’s Bazaar Asia New Generation Award pada tahun 2016. “Setelah memenangkan penghargaan tersebut, kami diundang ke berbagai negara termasuk Australia, China, Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Indonesia untuk menampilkan peragaan busana. Kami menggunakan momentum tersebut untuk mengembangkan merek kami yang merupakan brand siap pakai untuk pria dan wanita. Esensi dari brand kami adalah untuk menggabungkan budaya tradisional Timur dengan siluet Barat yang kuat, terstruktur, dan modern. DNA Sean Sheila terletak pada penerapan material bersama dengan teknik bordir khasnya.”

Dirancang oleh Tangan Para Disabilitas

Komitmen para pendirinya untuk mengangkat budaya mereka dan berkontribusi balik kepada komunitas mereka merupakan ciri khas dari brand ini. Selain dari segala kreasi yang dibuat dengan teknik tradisional, mereka juga dirancang oleh pengrajin penyandang disabilitas yang berbakat. “Kami menjalin kerja sama yang erat dengan komunitas disabilitas di Indonesia. Seluruh tim studio kami merupakan rekan-rekan disabilitas dan kami melatih mereka dalam teknik menjahit dan menyulam mode mewah,” ungkap Sean dan Sheila. Dengan mode berkelanjutan sebagai salah satu prinsip utama mereka, mereka mengambil langkah tegas menuju lingkungan kerja yang inklusif dan mengakui tenaga kerjanya. Profil brand mereka menyatakan, “Kami belajar bahasa isyarat untuk membantu menjembatani kesenjangan komunikasi, dan kami harus membuat isyarat kami khusus untuk teknik yang tidak ada dalam kosakata Bahasa Isyarat Indonesia. Meskipun begitu, brand kami tidak akan seperti sekarang tanpa mereka. Kami benar-benar terdorong oleh bakat mereka. Kami percaya bahwa sustainable fashion (mode berkelanjutan) bukan hanya tentang bahan, melainkan tentang memberi kembali kepada komunitas kami.” 

“Kami percaya brand mode berkelanjutan tidak hanya tentang bahan — tetapi juga sekaligus memberi kembali kepada masyarakat.”

Sean Sheila

Sekarang dan Masa Depan

Dengan klien bintang ternama seperti Yuna dan Agnez Mo, Sean Sheila memiliki tujuan untuk dikenal secara global. Ketika ditanya mengenai rencana mereka untuk masa depan dan kemitraan kreatif impian mereka, keduanya menjelaskan, “Kami akan menyukai lebih banyak publisitas di Eropa dan lebih banyak pengakuan sebagai brand. Saya pikir bahwa sepatu kets dengan merek pakaian olahraga akan sangat ideal karena Sean adalah seorang kolektor sepatu kets.” Tampaknya, harapan mereka tidak jauh dari jangkauan. Bulan lalu, duo dinamis ini membuat heboh di tengah Paris Fashion Week dengan memamerkan karya mereka di Palais Brongniart yang ikonik. “Baru-baru ini kami menandatangani kontrak dengan L’Adresse Paris, sebuah showroom di Paris, sebagai brand mode yang ditampilkan secara full-time. Rencana kami adalah untuk lebih terpandang di negara-negara Eropa dan semoga disertakan di semua toko keren mereka. Mimpi paling besar kami adalah untuk melihat orang-orang mengenakan pakaian kami di Eropa.”

Dengan arah yang mereka tuju, Sean dan Sheila sedang mewujudkan impian mereka. 

Secara Garis Besar

Brand: Sean Sheila

Para Mastermind: Sean Loh dan Sheila Agatha

Etos Kerja: Keluar dari kekangan konvensi tradisional

Sorotan Momen Karir: “Ini akan mencakup 3 penghargaan kami: Harper’s Bazaar New Generation Award, Martel Award Rise Above Award [untuk Craftsmanship], dan Elle [New Emerging Brand of The Year] Award. Selain itu, koleksi runway kami debut di Mercedes Benz Fashion Week di Sydney.”

Barang Brand yang Wajib Dimiliki: Jaket bordir khas dan kimono

Suka artikel ini? Baca wawancara kami dengan perancang busana Yoni Yu di sini.