Sejak Piala Oscar pada bulan Maret tahun ini, reputasi animasi di media telah menjadi topik hangat di kalangan seniman dan konsumen. Orang seringkali melihat animasi hanya sebagai genre film yang target konsumennya adalah anak-anak. Sebaliknya, para seniman dalam industri melihat animasi sebagai sarana untuk berekspresi yang dapat memikat penonton tanpa memandang usia

Pandangan bahwa animasi adalah bentuk seni, bukan genre sudah ada sejak beberapa dekade lalu. Seniman dalam sejarah tidak henti untuk beralih kepada animasi untuk menceritakan kisah mereka, terlepas dari betapa rumit plotnya. Hal yang sama dapat dikatakan dalam dunia musik. Lagu memiliki kemampuan untuk menyampaikan cerita-cerita autentik yang dapat menarik perhatian para penggemar dari segala usia. Musik juga berfungsi sebagai bentuk seni, dan ketika dunia musik dan animasi bertemu, terjadilah berbagai hal yang menakjubkan. 

Animasi telah memasuki dunia K-pop dalam banyak waktu. Dari BoA yang menghiasi lagu tema penutup Inuyasha dengan suara merdunya hingga MONSTA X yang menjadi bintang tamu di We Bare Bears, kolaborasi antara kedua medium seni ini sangat ajaib. Namun, apa yang akan terjadi jika kamu memadukan lagu K-pop dengan adegan film animasi Barat? Ambil popcorn dan sepasang headphone dan ayo kita langka ke dalam dimensi dimana K-pop bertemu animasi

Destino (1945) dan “Monroe

Pada tahun 1945, seniman Spanyol Salvador Dalí dan produser film Amerika Walt Disney bergabung untuk menciptakan sebuah mahakarya dengan durasi hampir tujuh menit berjudul Destino (Bahasa Spanyol untuk takdir). Film pendek ini menceritakan seorang wanita yang bersemangat dalam perjalanan melalui dunia alternatif untuk mencari cinta sejatinya. Walau premisnya mungkin terdengar sederhana, namun film ini dapat menampilkan lanskap yang kompleks, menggambarkan kerinduan dan kedambaan akan cinta yang kuat. Walau produksi awalnya dimulai pada tahun 1945, film ini baru dapat diselesaikan hampir enam dekade kemudian berkat teknologi dan metode animasi baru yang canggih. 18 tahun kemudian pada tahun 2021, Taeyong NCT berkolaborasi dengan Baekhyun EXO, menghasilkan lagu “Monroe”. Mirip dengan Destino, “Monroe” mengandung banyak metafora yang menggambarkan cinta berapi-api yang dimiliki seseorang untuk kekasihnya. Baik Destino maupun “Monroe” menampilkan daya pikat cinta yang disertai dengan kisah emosi kompleks. 

An Extremely Goofy Movie (2000) dan “위로가 돼요 (Pluhmm)”

An Extremely Goofy Movie adalah sekuel dari film pertama yang sukses, A Goofy Movie pada tahun 1995. Film ini menunjukkan bagaimana Goofy memutuskan untuk melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di sekolah yang sama dengan putranya, dan memulai hubungan dengan seorang pustakawan, Sylvia. Lewat cinta mereka untuk memorabilia tahun 80-an, hubungan Sylvia dan Goofy mulai berkembang seiringnya waktu dengan mereka mempelajari lebih banyak tentang satu sama lain. Keinginan Goofy untuk mengejar Sylvia dan belajar tentang kehidupannya selaras dengan tema lagu HA:TFELT 2018, 위로가 돼요 (Pluhmm).” Dalam lagu tersebut, HA:TFELT menceritakan tentang seorang pria yang baru saja dia temui dan ingin mengenalnya lebih baik. Video musik menunjukkan bagaimana dia menari dengan gembira di sekitar rumahnya, mirip dengan bagaimana Sylvia menari dengan penuh semangat dengan Goofy dalam adegan ini.

The Steadfast Tin Soldier (2000) dan “Bambi”

The Steadfast Tin Soldier merupakan adaptasi dari dongeng tahun 1838, yang menceritakan kisah cinta yang tidak biasa dengan konsekuensi yang mencekam. Kisah ini mengangkat cerita seorang balerina mainan yang jatuh cinta pada seorang prajurit timah, yang pada saat itu juga diawasi oleh jack-in-the-box raksasa dari jauh, membuatnya cemburu. Kisah ini berujung pada pertarungan yang brutal antara jack-in-the-box dan prajurit timah. Perjuangan sang prajurit timah untuk memikat sang balerina sejalan dengan tema memikat perhatian dalam lagu “Bambi” oleh Baekhyun. Dengan berulang kali menyebut kekasihnya “berbahaya” dan “neverland”, membangun sebuah gagasan cinta yang mengarah pada godaan (dan sebaliknya) hadir dalam kedua karya tersebut. Keduanya menunjukkan bagaimana apa yang terlihat pada awalnya seperti menyerah pada keinginan egois dapat berujung dalam menemukan cinta sejati. Sebaliknya, jika kamu memperjuangkan segalanya untuk mencari yang apa yang kamu inginkan, kamu mungkin akan sadar bahwa hal itu akan membawa kamu ke jalan yang gelap. 

Piglet’s Big Movie (2003) dan “환생 (Rebirth)

Melanjutkan tema cinta, kita mengangkat adegan dari Piglet’s Big Movie. Klip tersebut memperlihatkan teman Pooh, Piglet, saat dia menyamar sebagai putra Kanga, Roo, untuk menentukan apakah dia berbahaya. Daripada menyakitinya, Kanga menyambut Piglet ke rumahnya dengan suka hati, meski tahu itu bukan putra kandungnya. Kanga memelihara dan merawat Piglet seolah-olah dia adalah anaknya sendiri. “환생 (Rebirth)” oleh Red Velvet menceritakan kisah yang serupa. Lagu ini merayakan keceriaan cinta yang tidak terduga setelah bertemu seseorang untuk pertama kalinya. Cinta tidak hanya datang secara tiba-tiba, tetapi juga bisa menjadi pengalaman yang mengesankan dimana kepercayaan dapat berkembang. Lagu ini melengkapi manisnya animasi dengan sempurna. 

Pinocchio (1940) dan “먹구름 (Dark Clouds)”

Film Disney tahun 1940 Pinocchio menceritakan kisah tentang anak kayu yang hidup. Dengan berjalannya waktu, dia belajar tentang apa yang diperlukan untuk menjadi anak laki-laki sejati dengan bantuan “hati nuraninya,” Jiminy Cricket. Dalam konteks ini, Pinocchio dan Jiminy mencari pencipta dan figur ayah Pinocchio, Geppetto, yang baru saja ditelan ikan paus. Sebagian besar klip berlangsung di bawah air saat mereka berinteraksi dengan berbagai makhluk laut. Sama dengan “먹구름 (Dark Clouds)” oleh Taeyong yang memberikan kesan berada di bawah air, baik secara fisik maupun emosional. Walau Pinocchio secara harfiah berada di dalam air, Taeyong bernyanyi tentang bagaimana dia ditahan secara emosional, bahkan menyebutkan tentang tenggelam.  “먹구름 (Dark Clouds)” juga menggabungkan suara laut, yang memiliki kaitan kuat dengan visual dalam klip yang ditampilkan. 

Toy Story 2 (1999) dan “Dispatch”

Mengangkat suasana yang lebih prihatin, adegan dari Toy Story 2 ini mengangkat topik kehilangan. Saat berbicara dengan Woody, Jessie menceritakan kisah pemilik sebelumnya, Emily, dan kesedihannya karena sudah ditelantarkan. Jessie tinggal bersama Emily untuk sebagian besar masa kecilnya sebelum dia beranjak dewasa dan mengabaikan mainannya. Setelah ditemukan kembali bertahun-tahun kemudian, Jessie dibuang oleh Emily di ladang dimana mereka dulu pernah main bersama. “Dispatch” oleh Heize ft. Simon Dominic juga mengangkat topik kehilangan karena ditinggalkan. Heize bernyanyi tentang kesedihan yang datang karena ditinggalkan oleh seseorang yang telah menghabiskan banyak waktu bersamanya. Perasaan kehilangan dan penolakan sangat terasa dalam lagu ini. Ekspresi seperti “You can find another me/but I can’t” selaras dengan pengalaman Jessie saat dia berusaha untuk pulih dari ditingglkan oleh orang yang paling dikasihi. 

The Iron Giant (1999) dan “YOUNG”

Film The Iron Giant tahun 1999 telah dipuji dari generasi ke generasi sejak rilisnya. Film ini adalah gabungan dari teknologi dengan drama yang sekaligus mengangkat topik pertahanan diri dengan moral. Dengan latar tahun 1957, film ini berkisah tentang Hogarth Hughes yang berusia sembilan tahun, yang menemukan seorang pria logam raksasa yang jatuh dari langit di tengah malam. Adegan tersebut menggambarkan peristiwa menakutkan saat Hogarth melakukan kontak awal dengan makhluk luar angkasa karena dia sendirian. Selain itu, raksasa tersebut akhirnya membutuhkan sebuah hubungan dengan Hogarth, tetapi dia kemudian mengetahui bahwa banyak umat manusia tidak begitu menarik. Dia dilihat sebagai senjata pemusnah massal, hanya sebatas senjata raksasa. 

Pandangan yang sempit tentang dunia juga diangkat dalam “YOUNG” oleh Baekhyun dan Loco. Lagu ini menantang pandangan tentang menyesuaikan diri secara paksa dan mendorong para pendengar untuk berpikir kritis untuk diri sendiri agar mereka dapat memilih jalan hidup yang benar dengan sendiri. Ini mencerminkan tema film, di mana orang memilih untuk takut pada raksasa hanya karena penamipilan dan rumor. Selain itu, lirik seperti “No more of what you don’t wanna do/do what you want instead of what’s typical” mencerminkan karakter raksasa tersebut. Hanya karena dia raksasa yang terbuat dari logam, tidak berarti dia harus menjadi senjata, hal ini memperkuat pendirian pribadinya “Saya bukan senjata.”

Toy Story (1995) dan “Love Right Back”

Film Toy Story pada tahun 1995 menceritakan kehidupan mainan yang menarik di kamar Andy, khususnya mainan Woody dan Buzz Lightyear. Saat Buzz pertama kali diperkenalkan ke ruangan, dia disambut oleh sebagian besar mainan lain dengan suka hati. Woody malah bersikap dingin padanya karena khawatir Buzz akan menggantikannya. Saat adegan itu diperlihatkan, kita juga merasakan ketakutan Woody saat Buzz menjadi lebih populer dengan mainan lain dan Andy. Hal ini mulai membebani Woody yang merasakan sengatnya pengabaian. Dia tidak lagi menerima perhatian Andy dan bertanya-tanya dimana dia salah. Ini sangat mirip dengan Love Right Back” oleh  Raiden ft. Taeil and lIlBOI, yang dipenuhi dengan tema penolakan. Ketiganya menyanyikan tentang sebuah cinta yang gagal, termasuk lirik seperti “hubungan kita berada di ujung tanduk.” Emosi Woody dalam klip tersebut menyampaikan perasaan ditinggalkan oleh seseorang yang kamu pikir akan membalas cintamu, mirip dengan yang diungkapkan dalam “Love Right Back.”

Peter Pan (1953) dan “Long Flight”

Film Disney tahun 1953, Peter Pan mengeksplorasi dunia imajinasi yang luas melalui sudut pandang Wendy Darling dan dua saudara laki-lakinya. Dalam adegan ini, Peter Pan mengajari mereka cara terbang menggunakan debu pixie Tinkerbell. Meskipun terlihatnya mereka lambat dalam belajar, anak-anak dapat terbang melampaui jalan-jalan London dan sampai ke Neverland. Ini sangat mirip dengan lagu 2019 Taeyong “Long Flight.” Lirik yang ceria berkesan bahwa kita terbang di atas awan-awan, suatu keahlian yang dikuasai oleh anak-anak Darling. Meskipun dia (atau anak-anak) mungkin ketakutan, ini tidak menjadi alasan mereka berhenti untuk mencari hal-hal yang dapat mereka nikmati. Taeyong sendiri bahkan menyampaikan ide ini dalam video musiknya sendiri, dimana ia berulang kali terlihat melompat jauh, menembus awan. Bersedia untuk terbang tanpa merasa takut untuk jatuh adalah hal yang spektakuler! 

Kombinasi Dua Media

Animasi jelas lebih dari sekedar genre untuk menghibur dan mengisi waktu anak-anak. Animasi memiliki kekuatan untuk mengekspresikan emosi yang kompleks, membantu kita pulih dari pengalaman sulit, sekaligus menginspirasi kita untuk menghadapi segala ketakutan. 

Kehadiran K-pop juga telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, membantu orang bertemu dengan teman baru dan mempelajari minat baru. Karena musik itu sendiri mengeksplorasi tema yang kompleks dan menarik, musik dapat menginspirasi siapapun, baik penggemar maupun bukan penggemar. 

Saat menggabungkan dua media ini, film dan lagu K-pop dapat dinikmati dengan cara yang benar-benar baru, meningkatkan pengalaman menonton atau mendengarkan hal-hal yang benar-benar berbeda. Dengan musim panas mendatang, beberapa festival film dan konser K-pop telah dijadwalkan untuk diadakan, yang akhirnya menyatukan para penggemar setelah berpisah sekian lama. Lain kali kamu menonton animasi atau mendengarkan lagu K-pop, mengapa tidak coba mencocokkan keduanya dengan karya untuk melengkapi pengalamanmu?